"Sebuah Ketulusan"

21 komentar
"Aku udah ngga bisa lagi deket sama kamu, ini demi kebaikan kita. Mulai sekarang kamu jauhin aku, jangan hubungin aku lagi!!"

Kata-kata itu yang selalu ada di otakku, sampai mata ini tak bisa terpejam. Aku merasakan sakit ketika mengingat dia, aku sakit ketika kata-kata itu selalu datang menohok hatiku hingga ke bagian terdalam. Entah seberapa dalamnya hingga aku tak bisa lagi membayangkan, bagaimana cantik wajahnya, betapa halus perasaannya, dan betapa lembut prasangkanya terhadapku. Aku tak mengerti kenapa dia mengucapkan kata-kata itu, aku tak tahu kenapa dia bisa bersikap seperti ini padaku.

Sampai larut begini aku masih kerap memikirkan dia, suara burung kakak tua dari jam dindingku, menandakan sudah jam 11.00 malam. Tapi entah kenapa, malam ini mataku enggan terpejam. Kulihat kembali handphone slide-ku, yang biasanya selalu berdering menerima sms darinya. Tapi tidak untuk kali ini! Tuhan...... apa yang aku terjadi dengan perasaan ini? Kenapa aku menjadi seperti ini? Aku tak bisa begini! Aku ingin dia menjelaskan semuanya padaku!

"Tok....tok... tok .. tok..... Nandha........!!
Nandha,......... udah pagi ni........!!
" Kudengar suara teriakan dari luar kamarku.
“Nandha.....!!” Terus aja suara itu melengking keras dari balik pintu kamar.
“Iya iya....!” Aku mencoba menghentikan suara berisik itu, yang tak lain adalah Kak Ira yang rutin membangunkanku. Setiap pagi, ketika aku asyik bermolor-molor ria, dia pasti akan berteriak-teriak depan pintu kamarku sampai aku menjawab, tanda kalau aku sudah bangun.


Bergegas aku mengambil handuk biruku. Kulihat Kak Ira di ruang makan, tersenyum kecut melihat tingkahku yang gelagapan tak karuan karena kesiangan, tapi aku tak peduli dengan Kak Ira, dia sudah biasa seperti itu , mengejekku dan selalu menggoda aku dengan gerakan matanya.

"Kamu kenapa sich Nand?” Matanya menelanjangi semua gerak gerikku.
“Ngga papa kok kak,” jawabku cuek.
“Ehm…yang bener Nda, aku kenal kamu, aku tau kamu, udah jangan boong ama kakak,” Kak Ira terus memburuku, mencari penjelasan dengan semua sikap aku terlihat tidak seperti biasanya.
“Nanti aja kak aku ceritain, udah siang,” sambil kulihat jam tanganku yang hampir menunjukkan jam setengah tujuh, sementara perjalanan ke sekolah membutuhkan waktu 25 menit.
“Ya udah dech kalo itu maumu, yang jelas kamu jangan terlalu mikir ya Nda,” seolah Kak Ira sudah tahu benar dengan semua yang aku rasakan.
“Iya kak,” jawabku dan langsung berlalu meninggalkan Kak Ira sendiri di meja makan.

25 menit udah berlalu, SMADOR pun sudah di depan mata. Dengan langkah berat aku memaksa kakiku untuk masuk ke dalam kelas, dengan harapan aku bisa menghadapi hari ini tanpa tegur sapa Ary. Belum selesai hati ini meyakinkan perasaan untuk nerima semua perlakuan Ary kemaren, kulihat sesosok gadis manis duduk di bangku pojok persis di depan tempat dudukku.

Selangkah demi selangkah akhirnya aku bisa juga duduk di kursiku, perasaan semakin tak karuan memandanginya dari belakang.

“Apakah dia juga merasakan hal yang sama denganku?”
“Apakah dia tau perasaanku seperti ini?”
Hah entahlah! Seperti orang gila aku mencoba menenangkan diriku sendiri di atas perasaan yang terus bertanya-tanya tentang alasannya!!

Sebenarnya aku tak ingin masalah ini mengganggu semua pelajaran hari ini, tapi yang aku butuhkan hanya penjelasan dari dia, hanya itu yang ada di otakku sejak tadi pagi.

“Ary…Ary tunggu,” kuhampiri dia yang berjalan menjauh dariku.
“Ary tunggu!!” Kukeraskan suara, barang kali dia tak mendengar penggilan pertamaku.

"Ada apa lagi Nda?" Jawabnya tanpa melihat ke arahku.
“Ry, aku ingin kamu jelasin kata-kata kamu kemaren,” desakku.
“Kamu tau aku kan Ry, kamu tau kan gimana bingungnya aku, dan apakah kamu tau semaleman aku mikirin keputusan kamu yang ngga kumengerti sedikitpun?”

"Mau dijelasin kayak gimana lagi Nda? Semuanya dah cukup jelas, jangan tanya ini lagi sama aku,” jawab Ary.
“Aku cuma ngga ingin kamu terluka Nda, aku ngga ingin kamu tersakiti.”

Entah apa yang dia rasain waktu itu. Kulihat airmatanya mulai jatuh dari matanya yang sipit, dan mulai membasahi pipinya yang kemudian jatuh ke kerudung warna coklat. begitupun seterusnya, disusul air mata berikutnya yang aku rasa sudah mengantri sejak tadi.

Kuarahkan jari tanganku ke pipinya, kuusap air matanya, “kamu kenapa Ry? Kamu ngga papa kan? Apa yang sebenernya kamu pikirkan? Apa yang kamu mau dari aku?” Aku terus memburu dan berharap dia penjelasan padaku saat itu juga.

Aku mengajaknya duduk di bangku taman sekolah, dia mulai cerita semua yang dia alami, 1 menit, 2 menit, 5 menitpun berlalu.....

"Ary belom juga mau menceritakan apa alasannya dia bilang seperti itu padaku ,aku yang semakin penasaran dengan semua sikap diamnya padaku, degub jantungkupun udah ngga karu-karuan lagi"
"Ary... diammu ngga akan nylesain ini semua,beri tau padaku ,apa yang sebenernya kamu rasain, tolong Ry.... jangan bikin hatiku lumpuh seperti ini" aku mencoba mengiba supaya dia mau untuk segera Berbagi perasaanya denganku.

"tatapannya mulai mengarah padaku , air matanya yang belum kering di kedua pipinya membuat aku semakin ingin tau,kenapa dia bersikap seperti ini padaku...,"

"Nda.... kamu tau kenapa aku bilang seperti itu padamu ?
kamu tau,gimana perasaanku sa'at menyuruhmu pergi menjauhi aku....
tapi kamu harus tau satu hal Nda,aku harus melakukan ini......
"kamu harus tau nda ,aku dah ngga bisa nyimpen ini semua sendiri "

"Kutatap matanya dalam dalam,dan kuraih tangannya serta kugenggam jari jemarinya.. aku disini Ry....,
aku Disini, nemenin kamu,
dan ngga akan pernah ninggalin kamu sampe kapanpun ...
aku jauh lebih sakit Ry kalo jauh darimu,aku ngga bisa berdiri setegap saat bersamamu,apapun kondisimu ,apapun keadaanmu yakinlah,kamu masih tetap punya aku, dan semua rasa ini,rasa ini akan membawamu dalam semangat yang ngga akan pernah pudar,kamu tau kenapa,karena kamu milikku yang paling berharga",sampai kapanpun!!

tanpa kusadari air mata inipun jatuh,kuraih tubuh Ary yang mungil dalam dadaku,yang kurasakan hanyalah kenyamanan, kedamaian,serta rasa cinta yang begitu dalam, aku ingin dia tau,kalau aku akan selalu ada buat dia.

"Ary yang menyuruh aku meninggalkannya,karena dia merasa ngga pantas buatku ,kanker otak yang dia sembunyiin dariku , penyakit ganas itu yang membuat dia berkata seperti ini , karena takut aku akan meninggalkannya , semua itu salah, karena aku ngga akan pernah meninggalkannya.


"andai aja masih ada cinta seperti ini , aku pasti akan datang padanya, dan tak akan pernah meninggalkannya,bagaimanapun keadaan dan dalam kondisi apapun, kalo cinta yang tulus ,ngga akan mempermasalahkan itu, semoga aku bisa belajar tentang ketulusan mulai dari sekarang"

Related Posts

21 komentar

  1. huhuhu..mbak yang pertama nih?

    BalasHapus
  2. hore...
    tapi terharu nih baca cerpennya.

    BalasHapus
  3. masih ada nggak ya cerita cinta kayak gitu di dunia ini??

    BalasHapus
  4. kereeeennn!!!..
    inuel bikin cerpen, sip nuulll....

    cayooo inuuulll!!!
    ^_^

    BalasHapus
  5. hu..hu..hu.....
    ....
    memang kalo cinta begitu ya?..
    jadi gak mau nih jatuh cinta...
    gak berani di sakiti ato di tinggali gue..

    BalasHapus
  6. ceritanya bagus neh.., aku masih belum bisa bikin cerpen yang ada dialognya....
    minta di ajarin dong...

    BalasHapus
  7. Wah.. nulis cerpen nih, tp aku msh bingung ma tokohnya.. hehe

    BalasHapus
  8. keren serius.... serius keren....
    sukses terus ya mbak... ^_^

    BalasHapus
  9. cool Mbak cerpen-nya...jadi pingin bikin cerpen neh...tapi rasane blum bisa neh!
    Oiya salam kenal ya Mbak, ini kali pertama saya berkunjung ke blog Mbak, semoga dikemudian kesempatan saya bisa bersiarah lagi ke sini.

    Kalau tentang cinta memang ngak ada abisnya untuk ditulis ya Mbak! Semakin diexplorasi, kisah cinta semakin berkembang dan semakin berjibun pula!

    Have a great weekend and enjoy this day!

    BalasHapus
  10. Muantap nih nul aku jadi terharu membacanya....
    Ada Award buat kamu,... moga sudi menerimanya.

    BalasHapus
  11. hemmmm, good-good
    asah terus say kemampuan menulis cerpen kamu

    BalasHapus
  12. wah...menyedhkan,semoga cintanya abadi

    BalasHapus
  13. O ..ternyata kanker otak to ....
    Ngomong2, ini true story atau cerpen mbak ?.

    nice sharing

    BalasHapus
  14. nangis mode on. Nuel....kembangkan bakatmu ya.

    BalasHapus
  15. dek, EYDnyah ;) sedikit usulan mungkin ada beberapa paragraf yang dipindah-tempatkan supaya endingnya lebih mengena...keep writing ^^

    BalasHapus
  16. nuelllllllllllll X-( mbak marah neh baca ceritanya hikzz kok miriiiiiiiiiiiipppppp aarrrrrrrrgggggghhh *jedukin kepala di bantal hikz hikz
    kalimatnya itu same wit wat he said to me huaa huaaaaa *nangis bombay..
    "kalau cinta yang tulus, ga akan mempermasalahkan" yupz cintaku tulus ma dia huhuhuhh tapi jadi masalahh huaa huaaa
    dah ah jadi curhat

    BalasHapus
  17. Wuiiihhhh....
    Nyentuh banget nih.

    Itu Ilham-nya dari mana Nuel..
    Curhatan temen....
    Kisah kamu sendiri....
    Atau Imajinasimu sendiri...???

    Memang berat lho
    Konsekwensi hidup dengan Someone dengan Sakit tertentu..
    Ketika masih pacaran mungkin banyak dari kita yg mau menerima apa adanya.
    Tapi ketika dihadapkan pada " jenjang " lebih serius, misal Nikah.
    Baru pergulatan batin makin meninggi.

    Bisakah nanti menafkahi dengan sakit seperti itu.
    Bisakah berumur panjang hingga bisa kaki-kaki nini-nini bersama,
    Dan berbagai Pertimbangan lainnya.

    Tapi Kata Bijak,
    Ketika kau teguh dalam cinta,
    Walau seperih apa Penderitaannya,
    Andai kau tetap setia,
    Kelak manis kan menjelma.

    BalasHapus
  18. mmang slit khlngan org yg kta cntai kbtlan aq jga udh prnah mrskan hal sprti it disaat dia prgi mningglkan aq dri dnia ni aq mrsa frstasi,,,
    tpi skrng aq sdar cnta trkdang tk hrus mmliki,,,
    tpi trkdng aq msih mrskan khdiran'a ,,,
    smnjk kjdian it dsaat aq mndptkn pnggnti alm. dan dsaat dia skit aq slalu khwtir slalu mrsa tkut yg brlbihan tkut utk yg kdua x'a trjdi,,,

    BalasHapus

Posting Komentar