Puisi Tentang Alam

9 komentar
puisi tentang alam
puisi tentang alam
Rindang mengering karena waktu..
Kesuburan hilang karena perawatan palsu..
Kami di tebang habis demi lembaran..
Kami menjerit namun tak pernah di dengarkan..

Puisi tentang alam kuciptakan bebas..
Sebagai jerit pere tumbuhan tanpa batas..
Dengarkan.. Dengarkan..
kami menderita karena terabaikan..

Udara memanas karena kami kau tebang..
Hanya demi lembaran yang ingin kau nikmati..
Terhempas, Tumbang...
Kami terbuang dan terus terbuang, tanpa henti..

Mengapa kalian muak ketika kami marah..
Menumpahkan kesal dan semua amarah...
Tidakkah kau ingat,  Kalian serakah..
Apakah kalian lupa, Alam menangis tanpa arah..
Kalian tak tau,
Tak akan pernah tau.

Puisi tentang alam yang ingin sekali di dengar. Alam akan marah ketika ia di jadikan alat demi uang, di tebang semaunya. Kenapa alam tak boleh marah? ketika bencana alam datang. Tanah longsor, banjir, dan banyak bencana alam lain. Alam tak pernah salah memberi apa yang dia punya, manusia yang selalu membuat alam kesal akan semua tingkah lakunya. Amarah yang hanya tersampaikan dengan peristiwa yang tak pernah kita sadari, Kita yang salah, Alam hanya ingin di mengerti.

Saya belum pandai menulis puisi, namun saya akan terus belajar agar dapat menulis dengan baik dan jauh lebih baik :).

Husnul Khotimah
Seorang ibu yang senang menulis tentang motivasi diri, parenting dan juga tentang kehidupan sehari-hari di Jombloku. Semoga blog ini bisa membawa manfaat buat kita semua.

Related Posts

9 komentar

  1. Halo Nul :D lama gak jalan jalan kesini,

    Gw juga ah, sekarang Tomcat, Tomcat sahabat petani murka, Tempat tinggalnya disapu rata untuk bangun gedung gedung tinggi, hha. Negara kita ini memikirkan kenikmatan jangka pendek aja

    BalasHapus
  2. puisi yang indaah tetang alam yang indah jugaa.. :)
    cocok deeh pkoknyaa.. :D

    BalasHapus
  3. mantab..... blog kamu oke banget... salam kenal ya

    BalasHapus
  4. like it :) puisinya bagus banget. nice to meet u :)

    BalasHapus
  5. Bagusss. ;)

    BalasHapus

Posting Komentar