Kapan Mas Mencintaiku?

3 komentar
Mungkin jika disamakan, saya sama si mas ini memiliki banyak persamaan dalam pandangan. Awal-awal sebelum kenal terlalu jauh kemudian menikah, saya memang tidak paham sama sekali, tapi nekat mau aja diajakin nikah :D. Waktu itu, saya lagi ekstrem banget, mungkin bisa dibilang, saya orang yang pemilih, tidak seperti sebelumnya. Tidak seperti awal-awal tahu dunia luar. Bali memang merubah banyak hal tentang saya.

Saya sebenarnya selalu ingin tahu, sejak kapan si dia ini mulai melihat ke saya. Mau melihat lebih dari diri saya..

"Sejak kapan mas mencintaiku?"

 Pertanyaan yang ingin saya tanyakan ketika sudah menikah. Soalnya, pas awal-awal kenal, saya gak pernah akur dengannya. Akur sih akur, cuma kalau ngomong gak pernah jaim-jaiman segala. Pernah juga pas awal temenan belum ketemu, saya itu cerita kalau sedang deket sama si ini dan si itu. Tapi sepertinya mas sudah lupa haha..


Dan jawaban atas pertanyaan sejak kapan? Ternyata bukan sejak pertama kenal, bukan sejak saya mengikuti kajian-kajian, bukan karena sejak saya menjadi berjilbab dulu yang masih asal-asalan, bukan karena sejak saya mulai bekerja diperusahaan dari penjaga warnet biasa, tapi semenjak saya mau memperdalam ilmu Al-Qur'an saya kepada salah satu temen ngaji di Bali. Belajar makhorijul dan mempelajari ulang tajwid. Entahlah, itu alasan yang simple atau berat. Mungkin, baginya.. bukan kepandaian yang akan membawa seorang kepada keadaan dan akhlak yang lebih baik. Tapi kemauan dari dalam diri untuk berubah menuju hal yang jauh lebih baik.

Saya sendiri mengenal suami bukan karena kebaikan apa yang dimilikinya, tapi karena saya tau bagaimana dia hidup melalui blog. Alasan yang bisa saja menjadi bumerang dalam rumah tangga karena kurangnya pengetahuan tentang seseorang. Ternyata.. apa yang saya miliki sama dengan apa yang beliau miliki. Apa yang saya inginkan, sama dengan apa yang beliau inginkan. Apa yang saya niatkan, sama dengan niat yang dimilikinya. Apa yang saya pikirkan, sama dengan apa yang ada dipikirannya. Apa yang menjadi hobi saya, ternyata juga adalah hobinya. Apa yang saya sukai, sama dengan sesuatu yang disukainya. Begitu banyak persamaan yang akan terus kami cari.

Saling melengkapi dan memahami, jujur dalam setiap tindak tanduk, menghormati dalam segala hal, dan mencintai dalam sebuah rumah tangga. Membesarkan anak-anak dengan penuh kasih sayang dan kesabaran, serta memberikan yang terbaik bagi mereka. Kebutuhan rohani dan fisik, akhlak dan budi pekerti. Hanya cukup dengan itukah rumah tangga? Tidak! Masih banyak hal yang akan kami lewati bersama, dan tidak ada waktu untuk memikirkan orang lain, terlebih memikirkan masa lalu. Dan itu sudah menjadi kesepakatan dalam hati kami, saling menjaga dalam kebaikan. Kurang banyakkah manfaat menikah bagi seseorang?

Jika ada yang merasa bahwa pernikahannya adalah hal yang membosankan, sepertinya ada banyak hal yang perlu dibenahi dalam diri sendiri. Bagaimana kita memperlakukan pasangan, bagaimana kita membimbing diri sendiri dan bagaimana kita mengurus rumah tangga serta bagaimana kita menjaga kepercayaan satu sama lain.
Husnul Khotimah
Seorang ibu yang senang menulis tentang motivasi diri, parenting dan juga tentang kehidupan sehari-hari di Jombloku. Semoga blog ini bisa membawa manfaat buat kita semua.

Related Posts

3 komentar

  1. bisa hobi sama keren ya, bisa punya tulisan bareng2 punya blog bareng2, bisa berbagi bareng2 cari ide juga... sukses y

    BalasHapus
  2. alhamdulilah punya hobi yang sama dan banyak persamaan...
    kalau aku, sedang menerima kekurangannya...

    BalasHapus

Posting Komentar