Ketika Kepala Desa Lebih Susah Dicari Daripada Berlian

2 komentar
Urusan rumah tangga memang gak sebatas menikah kemudian tinggal berdua disuatu tempat tanpa identitas dengan tenang dan nyaman karena sudah diakui oleh negara dan sah secara agama. Urusan rumah tangga harus memiliki identitas yang jelas dimana kita akan tinggal untuk mempermudah semua urusan dalam hal apapun. Karena memang kita adalah warga negara yang harus taat dengan aturan-aturan negara termasuk dalam urusan surat menyurat. Dengan surat-surat tersebut kita juga bisa membuktikan bahwa hal yang kita lakukan dengan benar.



Tapi, adakalanya seseorang atau warga negara itu males banget buat ngurusin semua persoalan surat menyurat ini. Alasannya banyak, dari yang emang bener-bener gak peduli dengan identitas dirinya, sampai males berurusan dengan birokrasi yang masih saja mempersulit "masyarakat awam" seperti saya yang memang membutuhkan bantuan dari pegawai pemerintahan.

Curhatan ini bukan hanya saya tulis tanpa sebab, dari kejadian-kejadian seperti ini, saya tahu alasan suami enggan melamar pekerjaan sebagai PNS yang bekerja untuk pemerintah.


Begini Awalnya


Ya.. karena urusan kepindahan kita sekeluarga karena saya mau melahirkan di Jawa, akhirnya saya dan suami memutuskan untuk kembali mengurus surat pindah ke Jawa. Dulu awal menikah, saya langsung diboyong suami ke Kalimantan beserta langsung KTP-nya. Padahal sih sebenarnya pengen punya status single lama-lama di KTP, eh belum ada sebulan udah berubah status jadi kawin haha.

Nah, urusan dengan birokrasi ini yang paling saya jengkelkan. Saya juga sering lihat bu Risma, Wali kota Surabaya yang suka marah-marah karena urusan birokrasi. Beruntungnya mereka yang punya pimpinan dan abdi negara yang memang memikirkan kepentingan rakyatnya, secara utuh dan tulus.

Terusss... kemaren itu ceritanya, suami naik ke Desa, sekitar 45 menit naik motor dari rumah kontrakan buat ke kantor desa minta surat keterangan buat ngurus KTP. Tapi apa, suami saya tidak bisa ketemu sama orang yang dicarinya di kantor desa buat minta tanda tangan kepala desa setempat. Istilah kerennya, Pak Lurahe gak ada ditempat gitulah, sibuk :D. Bukan cuma kemaren loh.. dulu waktu ngurus surat pindah untuk bikin KK juga gitu, Pak lurahe gak ada di kantor desa, sibuk :D. Dan itu jamnya masih jam pagi, kemaren si mas sekitar jam 9'an pagi gitulah.

Saya jadi mikir, buat apa dibikin kantor desa kalau setiap ada kepentingan dengan pak kepala desa orangnya selalu tidak ada ditempat. Nungguin sampe jelek gak dateng-dateng dan akhirnya datengin rumahnya, lah buat apa kantor desa itu ada kalau orang yang punya kepentingan seperti ini harus jauh-jauh lagi datengin rumahnya, lucu ta?

Kok ya kayaknya nih, susah bener nyari kepala desa. Lebih susah dicari dari pada berlian pokoknya! Dari cerita saudara sih gak cuma kita aja yang kayak gini, kebanyakan memang kondisinya sama seperti ini, nyari perangkat desa tapi gak ketemu-ketemu, udah kayak nyari jodoh aja yang emang rada susah haha.

Sempet emosi sih, soalnya kita memang waktunya yang terbuang sia-sia buat nungguin hal-hal yang seharusnya gak perlu ditunggu itu. Wasting Time, U know! (hayo kon, inggrisku metu kan hahahhaa). Jadinya apa, akhirnya surat yang butuh tanda tangan pak kepala desa yang terhormat ditinggal dirumahnya, sama seperti kasus sebelumnya. Coba yang dateng dari Surabaya atau Jakarta buat ngurus surat-surat beginian dari desanya, bisa bangkrut abis-abisin tiket :p.

Merasa berkuasa, Seenaknya


Politik memang begitu penting, tapi kami memilih untuk gak speak up secara gamblang masalah politik. Entah nanti anak-anak kami akan berpolitik dan ikut terlibat dalam urusan-urusan aturan negara, semuanya terserah mereka nanti setelah dewasa. Mereka akan memilih jalan hidup mereka sendiri, jadi gak harus dicekokin dari mereka masih kecil. Setidaknya, pilihan menentukan bagaimana mereka akan hidup nanti murni pilihan yang mereka buat, bukan keterpaksaan. Bekal yang baiklah yang bisa kita seagai orang tua tanamkan untuk menjadi modalnya.

Melenceng sedikit, saya kadang kena sindir kenapa harus menjauh dari politik dan tak ikut berperan serta meski masih di tingkat paling bawah. Ya... semua orang kan berbeda pendapat dan pemikiran. Pilihan yang dibuat tentu saja memiliki alasan yang diyakini baik oleh seseorang, seperti mereka yang memilih untuk ikut berpolitik, ya.. karena menurut mereka itu baik, begitupun dengan saya.

Kekuasaan kadang membuat seseorang jadi lupa, apa sebenarnya fungsi mereka menjadi seorang PNS atau abdi negara. Hanya satu, Melayani! Mereka dipekerjakan untuk melayani, tapi kebanyakan dari mereka bukannya melayani malah seenaknya sendiri karena merasa menjadi pegawai negeri. Seolah-olah pangkat meninggikan derajatnya, jauh lebih baik dari orang yang membutuhkan bantuannya.

Sudah banyak sekali kejadian-kejadian seperti ini yang membuat orang-orang awam yang ingin dibantu malah rasanya semakin diperas dan dirugikan. Saya ingat sekali waktu itu pernah ingin membuat KTP karena urusan pekerjaan. Pembuatan KTP tentu saja sesuatu yang gak perlu kita bayar untuk kantor kecamatan atau sejenisnya, semuanya Gratis. Tapi karena kita dianggap orang yang butuh, dengan seenaknya mereka mengambil keuntungan beberapa rupiah untuk kantongnya. Lah terus gaji yang mereka dapatkan itu kurangkah?

Apalagi kalau kita terlihat "gak berpengalaman" atau terlihat bodoh, makin merajalela saja yang merasa pintar itu. Ayolah, jabatan kalian itu bukan apa-apa dibanding tanggung jawab yang nanti akan ditanyakan. Belum atau tidak sadarkah?

Janganlah merasa lebih bisa dari orang lain dalam sebuah urusan kamu memang kamu udah lama terjun didalamnya. Selelah apapun, berapa kalipun sudah kamu menjelaskan hal yang sama, jelaskan lagi kepada orang yang belum dapat penjelasan. Lah wong itu tugasmu kok.

Ada uang, Urusan lancar


U know what I mean! Sebenarnya saya juga heran, kenapa apa-apa itu kalau urusannya dengan uang mesti lancar. Apalagi kalau ada uang yang ngalirnya lumayan, tanpa nunggu sudah! Seolah mata uang menggantikan mata hati, yang seharusnya melayani dengan hati sekarang berganti melayani kalau ada uang, gitu lah pokoknya!

Disclaimer


Ya.. gak semuanya pegawai pemerintahan seperti itu, semoga orang-orang yang berada di instansi pemerintah yang menjalankan tugasnya dengan jujur dan baik serta tulus, mendapatkan barokah berlimpah dari pekerjaannya. KIta gak tau kebutuhan orang itu seperti apa, tapi ya mbok ya'o, adalah ditempatmu ketika jam kerja mengharuskanmu berasa disana. Mau ingetin sih, kalau waktu itu juga bisa dikorupsi lho.. dan itu sama juga dengan pencurian. Bukan sok suci, itu emang kenyataan.

Udah gitu aja, ehehe.. Apa ceritamu tentang soal ngurus-ngurus surat kayak gini? Lebih nyebelin apa lebih nyenengin? Share yuk..

Husnul Khotimah
Seorang ibu yang senang menulis tentang motivasi diri, parenting dan juga tentang kehidupan sehari-hari di Jombloku. Semoga blog ini bisa membawa manfaat buat kita semua.

Related Posts

2 komentar

  1. Kalo hari Senin emang biasanya para lurah apel dulu di kecamatan tapi kalo ceritanya kemarin sih harusnya Rabu ya. Alhamdulillah KTP ku berasal dari kantor kelurahan yg Ibu Kadesnya standby pas pagi hari, kecuali siang ya mungkin sudah diminta pergi ke mana-mana.

    BalasHapus
  2. kalau gk ada pelicin gk lancar nuel... Entah sampai kapan seperti ini. Jadi budaya sih..

    BalasHapus

Posting Komentar