Mengapa Harus Belajar?

2 komentar
Itulah intinya, mengapa kita harus belajar? Tidak bolehkah kita hanya main-main saja, keluar rumah jalan-jalan atau melakukan hal-hal yang kita senangi saja tanpa harus berurusan dengan buku-buku bacaan dan belajar. Tidak bolehkah seperti itu?



Sebenarnya, artikel ini saya buat karena ingin lebih memahami anak-anak. Pemikiran mereka yang maunya gak mau belajar dan main-main saja. Beberapa waktu lalu, saya dan suami ngajak anak dari bibik saya yang sudah ditinggal oleh ayahnya sejak dia masih kecil. Suami ingin sepupu saya itu ikut bersama kami, hidup serumah dan tumbuh bersama anak-anak. Awalnya dia ngebet banget pengen ikut kerumah kami, dan sejujurnya, kamipun senang dengan antusiasnya tersebut, sangat senang.

Alasan yang paling utama adalah karena dia anak yatim dan selanjutnya adalah niat suami yang ingin membantu sepupu saya tersebut untuk "lebih bisa" dan menjadi pribadi yang berakhlak.
Kurangnya perhatian dari orang tua kadang kita bisa bertindak seenaknya. Saya sendiri menyadari, betapa berharganya sebuah perhatian yang diberikan kepada kita dari orang-orang tercinta khususnya orang tua. Saya yang selalu mendapatkan perhatian itu merasa menjadi anak yang memiliki cinta kasih yang luar biasa. Menularkan kebiasaan tersebut kepada adek-adek saya. Seolah kami berhubungan dengan jarak sejauh apapun. Dan inti dari semua ini adalah ibu saya yang gak pernah bosan untuk memantau kami.


Belajar itu perlu dan Wajib


Kembali lagi ke topik, saat kecil kita emang ngerasa main-main itu hal pertama yang wajib banget dilakukan. Tapi, tidak seharian waktu dimanfaatkan untuk bermain saja. Memang peran orang disekitar sangat diperlukan. Peran yang selalu mengingatkan untuk belajar, mengaji dan mencari ilmu. Bukan hanya sekedar ngasih makan aja, selesai urusan. Itu sih namanya cuma numpang hidup aja, gak ada belajarnya sama sekali. Jadinya karakter anak juga semaunya sendiri dan gak mau diatur.

Sayang banget kalau waktu kecil ini habis buat main-main tanpa belajar.  Setidaknya, jika gak mau untuk belajar, belajarlah berakhlak yang baik. Tapi kembali lagi, siapa yang mau disalahkan? Anaknya? Ya gak mungkin juga lahhh.. dia juga belum ngerti mana baik dan mana buruk. Lingkungan memang memberi banyak dampak dalam kehidupan kita selanjutnya. Hah.. sayang banget sih sebenarnya sepupu saya itu, saya dan suami memang bener-bener pengen ngasih perhatian ke dia meskipun anak saya  dua duanya gak bisa diem, tapi kami ngerasa mampu buat ngajak dia dalam keluarga kecil ini. Apalah daya, dukungan yang kami dapatkan tidak banyak dan terkesan lebih ke menyalahkan.

Semoga Allah memberi hidayah kepada dia, jika gak mau ikut dengan kami, paling tidak dia mau berangkat belajar mengaji atau sekolah belajar dengan benar. Trus trus trus.. siapa yang salah, entahlah!! Allah-lah penyusun skenario kehidupan terbaik, bukan siapa-siapa.
Husnul Khotimah
Seorang ibu yang senang menulis tentang motivasi diri, parenting dan juga tentang kehidupan sehari-hari di Jombloku. Semoga blog ini bisa membawa manfaat buat kita semua.

Related Posts

2 komentar

  1. Sepakaat banget mbaak, hidup ini untuk belajar sebanyak-banyaknya. Tidak akan pernah berhenti belajar sebelum kehidupan berakhir. :) Niat baik mbak dan suami semoga bisa dipahami oleh sepupu mbak yaa, biar semangat untuk terus belajar jd umat yg baik :D aamiin. .

    BalasHapus
  2. yaps betul mbak, belajar merupakan sebuah kewajiban,

    BalasHapus

Posting Komentar