Mertuaku Sayang, Maafkan Saya

18 komentar
Letih, sekilas saya melihat pada wajah yang sudah mulai renta itu. Keningnya berkerut, matanya yang tak lagi berbinar segar, di tambah kulit-kulit yang sudah mulai keriput, Nampak sangat tidak menarik. Mungkin dulu dia adalah gadis yang banyak pemuja, banyak penyuka juga banyak memikat hati kaum adam. Namun sekarang, semuanya telah sirna termakan usia yang mulai menyenja.

“Embah kurang sehat ya”

Kata saya membuka percakapan, saya hanya membaca raut mukanya yang tertekuk dan kusut seperti baju belum kena pipi setrika.

“Iya mba.. semalem cucu tidak tidur, nangis terus sepulang dari bedugul”
Begitu jawabnya dengan raut muka yang saya sendiri bisa membacanya dengan baik saat bertatap dengannya.

“loh.. tidur sama cucunya ya mbah?”

“iya, kan saya yang merawat dia”

Dari sini sebenarnya saya mulai tak bertanya lagi, karena saya tahu apa yang terjadi atas kesimpulan saya sendiri. Seorang ibu yang entah keberapa manusia mulia itu menjadi “korban” ketidak mengertian anak/menantu.

“Saya itu mengurus anak bayi itu sejak masih dirumah sakit mba, saya sudah memberikan apa yang saya bisa untuk dia, tapi kok jadinya seperti ini” sambungnya karena mungkin mulutnya sudah tak tahan lagi menahan beban batin yang saya sendiri merasa itu sangat berat.

"Menantu saya itu tidak pernah memberi saya sepeser uangpun mba, dia hanya membiarkan saya menjaga anaknya, masakpun tak pernah dia lakukan dirumah. Yang penting buat dia, hanya kerja dan kerja"

Nenek yang sudah mulai renta, bagaimana ada perkataan seperti itu di ambang bibirnya yang tak lagi menggoda dan cantik. Bagaimana bisa seorang menantu bisa bersikap seperti itu kepada Ibu suaminya. Saya tidak menemukan kejadian seperti ini sekali, saya sering melihatnya. Ini mungkin yang mereka anggap dan sering katakan.

'Mulut mertua itu, seperti mulut setan, menakutkan'

Kenapa bukan kita yang mengoreksi diri, membaca apa yang pernah di lakukan oleh diri sendiri. Bukankah semua berawal dari diri sendiri. Ketulusan akan menghancurkan anggapan tersebut jika benar kenyataanya seperti itu. Allah akan memberi jawaban yang kita inginkan ketika kita mencintai dan menyayangi ibu, suami, Ibu mertua hanya karena-Nya.

Dengan berbagai macam perasaan yang entah bagaimana dia harus mengungkapkannya. Jadi biarkan saja tangan saya yang melakukan pekerjaan yang tak pernah membosankan ini, menulis. Dapatkah saya simpulkan sendiri sudah inti permasalahannya. Banyak hal yang salah dalam keadaan seperti ini, keadaan yang sudah menjadi tradisi di berbagai keluarga yang saya kenal, keadaan yang sudah menjadi suatu kewajiban barang kali, kebiasaan yang tak terlihat.

Seorang ibu, seharusnya dia mendapat perawatan yang baik, kehidupan yang tak lagi susah, suasana hatinyapun yang harus dibuat sebaik mungkin agar control emosinyapun tenang. Namun sebaliknya, banyak sekali ibu-ibu yang menjadi korban ketidak mengertian anak, nenek-nenek yang malang dengan kehidupannya dan parah nya sang pelaku sama sekali tidak memperdulikan apa yang sudah mereka lakukan kepada makhluk yang paling tinggi derajatnya itu.

Dimasa tuanya dia masih juga harus mengurus cucu-cucunya. Kurang puaskah kita membuatnya letih mengurus kita dari kecil. Apakah kita di besarkan untuk memerintah ibu mengurus anak-anak kita. Sementara kita sendiri yang seharusnya bergantian mengurus ibu sama sekali tidak kita lakukan.

Jika saya menjadi seorang menantu, saya tidak akan membiarkan anak-anak saya menyusahkan ibu mertua saya. Saya tidak akan menyusahkan kehidupan orang tua saya. Cukupkanlah saja mereka telah mengurus saya hingga saya bisa mengenal dunia beserta nafasnya. Mengajarkan saya bagaimana bersikap baik dan penuh kejujuran. Cukupkanlah hanya itu.

Kenapa banyak wanita yang mengira mencari kebahagiaan hidup itu sulit? Harus bekerja sendiri, harus mencari nafkah sendiri, dan harus melakukan apa-apa sendiri. Nyatanya, bagi seorang wanita bersuami, suaminyalah yang menjadi ladang kebahagiaan, Ibu mertua yang katanya seperti manusia tak berperasaan justru disanalah letak berlimpah kesabaran dan pahala yang besar pula.

Kehidupan akan menuruti apa maumu, jika kamu sudah memenuhi kewajibanmu kepada Allah. Kebahagiaan akan mencatangimu, jika kamu selalu membahagiakan orang-orang yang ada disekitarmu, jika bukan sekarang, Allah akan memberi waktu yang tepat untuk terjadi.

Ibu, Bukan seorang pembantu yang hanya kita perhatikan jika kita perlu, Ibu juga bukan seorang pelampiasan amarah yang akan kita panggil jika kita sedang emosi. Ibu akan hanya menjadi Ibu yang harus kita hormati dan kita jaga perasaannya, terlebih lagi jika ia telah sendiri. Pun dengan seorang Mertua, Mertua hanyalah seorang yang ingin di beri ketulusan, perhatian dan rasa nyaman.

Jika sudah seperti itu, siapa yang disalahkan? Mertua atau Menantu?

Jangan mencari sebuah jawaban akan tanya kita kepada orang lain, jawaban itu ada dalam diri kita sendiri, dalam nurani. Kaluarga adalah kekuatan terhebat yang terus akan menjadi orang-orang terdekat yang akan selalu menyayangi kita, begitupun dengan keluarga yang mungkin asing dan keluarga baru, keluarga Mertua, Ayah-Ibu suami kita. Saya belum mengalami, namun saya akan belajar sebaik mungkin menjadi seorang menantu kelak.  Tak semua Mertua itu menakutkan dan cerewet, tidak semuanya. 

***
Terinspirasi dari seorang mertua yang curhat tentang menantunya di kantor, saya hanya diam, tapi saya merekam dan semoga tidak akan terjadi kepada saya kelak, InsyaAllah.
Husnul Khotimah
Seorang ibu yang senang menulis tentang motivasi diri, parenting dan juga tentang kehidupan sehari-hari di Jombloku. Semoga blog ini bisa membawa manfaat buat kita semua.

Related Posts

18 komentar

  1. kasian... :(

    ya Allah.. muliakan orang-orang yg begitu banyak berkorban demi orang lain.. yah, meski ia mengorbankan diri sendiri pada orang yg bahkan tak mengerti akan pengorbanannya... :(

    BalasHapus
  2. ibu mertua hanya ingin melihat cucunya bahagia...

    kakek-nenek kepada cucu...
    sebuah lompatan kasih sayang yang cukup memilukan...

    BalasHapus
  3. tak ada yg salah baik mertua ataupun menantu..

    BalasHapus
  4. Memang betul banget Kaluarga adalah kekuatan terhebat yang terus akan menjadi orang-orang terdekat yang akan selalu menyayangi kita, begitupun dengan keluarga yang mungkin asing dan keluarga baru, keluarga Mertua, Ayah-Ibu suami kita. (y)

    BalasHapus
  5. Ikut juga berdoa, semoga tidak terjadi ya Mbak...

    BalasHapus
  6. sayangilah mertuamu seperti kamu sayang sama ibumu jangan membebankan mereka dengan anak-anakmu.

    BalasHapus
  7. aduuhh.. saya jadi kangen sama mertua saya huhuhu maafkan saya ibu mertua

    Jual Rumah Perumahan Jakarta Utara

    BalasHapus
  8. Wallahu A'lam, saya kagak bisa ngasih komentar. takut salah

    BalasHapus
  9. wah terharu ane gan bacanya... menurut ane mertua adalah ibu kedua kita...so jgn pernah menyakitinya karena akan menyakitinya jg

    BalasHapus
  10. kedua orang tua saya sudah nggak ada... Alhamdulillahnya saya mendapatkan dua orang tua baru.. bagi saya tak ada bedanya orang tua kandung dengan mertua....

    BalasHapus
  11. trustory kah ini??
    waduh, jadi terharu nie saya membaca cerita ini??
    tetapi perlu juga di ingat karena mertua adalah orang tua ke2 kita kan??
    salam kenal.

    BalasHapus
  12. sedih juga yah,
    kalo ane sih belum menikah

    BalasHapus
  13. ceritanya mengharukan banget
    follow blog aku ya

    BalasHapus
  14. setuju banget......kadang banyak para nenek2 yang masih kerja cari uang...yang jadi pertanyaan, mana anak mereka tau keluarga mereka.....hmmm

    BalasHapus
  15. semoga sukses y sobat #follback

    BalasHapus
  16. subhanalloh..... semoga kebaikan mu di oleh allah swt amin...ikhlas..

    BalasHapus

Posting Komentar