Kisah Dharma Sucipto Menjaga Masa Depan Anak-Anak Indonesia Lewat Jajanan Sehat

Posting Komentar

Di banyak kota dan desa di Indonesia, pemandangan anak-anak membawa plastik jajanan warna-warni saat istirahat atau pulang sekolah adalah hal yang biasa.

Sepintas, itu tampak seperti bagian dari keceriaan masa kecil anak-anak. Namun riset justru menunjukkan sebaliknya. Apa yang mereka konsumsi sedang “mengikis” masa kecil mereka secara perlahan.

anak sd sedang jajan telor gulung

Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan menunjukkan angka obesitas pada anak melonjak 2–3 kali lipat dalam satu dekade terakhir.

Tidak berhenti di situ. Penyakit yang dulu identik dengan orang lanjut usia seperti hipertensi, diabetes tipe 2, hingga gangguan fungsi hati, mulai banyak ditemukan di usia sekolah dasar.

UNICEF pada 2023 bahkan menyebut Indonesia sedang menghadapi “triple burden malnutrition” yaitu gizi buruk, stunting, dan konsumsi gula-garam-lemak berlebih secara bersamaan.

Apa penyebabnya? Diduga salah satu penyebab terbesarnya adalah “jajanan.”

Bukan sekadar soal gula atau rasa asin yang kebablasan. Banyak jajanan sekolah diproduksi tanpa standar kebersihan, memakai pewarna tekstil, pemanis sintetis tingkat tinggi, pengawet yang tak sesuai aturan, dan sebagian besar lahir dari dapur yang tidak tersentuh edukasi gizi.

Itulah titik letak persoalan besarnya. Lebih parah lagi, anak-anak tidak tahu apa yang mereka makan, orang tua sulit mengawasi, sekolah tidak punya cukup kapasitas, sementara pasar terus membanjiri. Yang tadinya sederhana menjadi kompleks meski embel-embelnya sekadar “jajan.” Tapi efeknya menjadi isu kesehatan jangka panjang.

Dharma Sucipto Ciptakan Jajanan Sehat

Di tengah situasi itu, seorang anak muda dari Jawa Timur bernama Dharma Sucipto memilih untuk tidak sekadar menyaksikan semua itu terjadi.

Ia tumbuh dalam lingkungan pesantren dan keluarga yang terbiasa hidup dengan nilai kemanfaatan sosial. Namun justru dari pengalaman masa kecilnya, ia menyaksikan sendiri banyak teman sebayanya mengalami sakit berkepanjangan karena kebiasaan jajan sembarangan.

Keresahan itu tidak hilang saat ia dewasa. Ia justru semakin tajam mengamati. Ketika berbicara nutrisi, perhatian publik sering berhenti pada menu makan besar. Padahal masalah terbesar kerap datang dari yang paling sering dikonsumsi seperti makanan ringan (jajanan) yang masuk tanpa disadari.

Ketika sebagian besar anak muda memilih bidang kerja yang lebih populer, Dharma memilih jalur yang “tidak keren” di mata banyak orang... mengubah wajah jajanan anak sekolah.

Membangun Gerakan “Jajanan Sehat”

Dharma Sucipto Jajanan Sehat Satu Inonesia Award Astra

Awalnya, Dharma memulai dengan sesuatu yang sangat sederhana. Ia mengajak para ibu-ibu UMKM di lingkungannya untuk belajar membuat kudapan sehat.

Jadi, jajannya itu tanpa pewarna sintetis, tanpa pemanis berlebihan, dan tetap enak dimakan anak-anak. Namun ia menyadari, edukasi saja tidak cukup; anak-anak hanya mau jajan jika rasanya menarik.

Maka Dharma meramu ulang pendekatannya. Ia menyusun pelatihan dengan tiga pilar:

  1. Ilmu gizi yang terpisah dari istilah rumit, agar pelaku UMKM bisa mempraktikkan langsung.
  2. Resep substitusi. Misalnya mengganti pewarna kimia dengan buah bit atau daun pandan, mengurangi gula tapi tetap lezat melalui teknik pengolahan.
  3. Pelibatan sekolah, sehingga rantai konsumsi berpindah: dari kantin yang tidak higienis menjadi kantin yang mengutamakan keselamatan pangan anak.

Dampaknya tidak instan, tapi signifikan. Ketika satu sekolah menerima, sekolah lain mulai penasaran. Dari satu pelatihan berkembang menjadi program lintas kecamatan. Dharma mengarahkan gerakannya bukan hanya pada “jualan makanan,” tetapi gerakan kesehatan berbasis pangan lokal.

Mengapa Jajanan Sehat Bukan Sekadar Tren?

Makanan yang dikonsumsi anak anak, terutama di usia dini, secara langsung mempengaruhi perkembangan otak, kestabilan emosi, bahkan kemampuan akademik.

Kekurangan nutrisi tertentu menyebabkan daya fokus menurun; konsumsi zat aditif berlebih dapat memicu hiperaktif maupun gangguan perilaku.

Dalam jangka panjang, risiko diabetes dan obesitas mengganggu masa depan mereka bukan hanya dari sisi kesehatan, tapi juga kualitas hidup.

Dengan kata lain, Dharma sedang menjaga modal masa depan bangsa ini yaitu, kemampuan belajar anak-anak.

Gerakan jajanan sehat bukan hanya tentang perut yang kenyang, tapi tentang syaraf otak yang terhubung baik, anak yang kuat mengikuti pelajaran, dan tubuh yang tidak dipaksa “menanggung” penyakit terlalu dini.

Dari Desa ke Pengakuan Nasional

Setelah tiga tahun gerakan ini berjalan, ratusan pelaku UMKM terlibat, banyak sekolah mulai menerapkan standar pangan sehat, dan komunitas orang tua terbentuk untuk pengawasan bersama.

Anak-anak bukan hanya memakan makanan sehat, tapi juga belajar asal-usul bahan makanan, memupuk kebiasaan yang bertahan seumur hidup.

Pada 2024, Astra memberi penghargaan SATU Indonesia Award bidang Lingkungan kepada Dharma Sucipto. Bukan karena programnya sekadar kreatif, tetapi karena dampaknya menyentuh jantung persoalan, yaitu kesehatan generasi mendatang, berbasis akar masalah, diselesaikan lewat pendekatan ilmu dan aksi nyata.

Penghargaan itu menjadi pengakuan bahwa anak muda tidak perlu menunggu jadi “siapa-siapa” untuk memberi solusi. Masalah sehari-hari pun bisa menjadi gerakan besar, selama ada keberanian untuk memulainya.

Undangan untuk Bergerak

Cerita Dharma bukan hanya tentang keberhasilan pribadi. Ia adalah contoh bahwa perubahan yang paling kuat justru dimulai dari ekosistem terkecil. Misalnya dari dapur UMKM, dari meja kantin, dari obrolan para ibu, dari keresahan yang diolah menjadi solusi.

SATU Indonesia Award bukan berhenti pada seremoni panggung. Ia adalah ruang pembuktian bahwa aksi berbasis ilmu mampu menyentuh hajat hidup masyarakat. Dan, Dharma berdiri sebagai salah satu wajah dari generasi yang memilih jalan itu.

Bagi pembaca, mungkin inilah saat yang tepat untuk bertanya. Di sekitar saya, masalah apa yang selama ini hanya saya keluhkan, tetapi sesungguhnya bisa saya ubah?

Dan bila Anda memiliki kegiatan sosial yang sudah berjalan dan berdampak, Anda bisa belajar dari Dharma. Mulai dari hal-hal kecil, konsisten, dan kelak bukan mustahil menjadi bagian dari finalis atau penerima SATU Indonesia Award berikutnya.

Karena perubahan bisa dimulai dari hal sepele atau dari sesuatu yang sederhana seperti sebuah piring jajanan yang lebih sehat, lebih manusiawi, dan lebih berpihak pada masa depan anak-anak kita contohnya.

Husnul Khotimah
Seorang ibu yang senang menulis tentang motivasi diri, parenting dan juga tentang kehidupan sehari-hari di Jombloku. Semoga blog ini bisa membawa manfaat buat kita semua.
Terbaru Lebih lama

Related Posts

Posting Komentar