Akhlak Lebih Penting dari Calistung

8 komentar
Saya, sebagai orang tua, setidaknya selalu mempelajari lingkungan yang ada di sekitar. Pengalaman pergi ke rumah saudara dari Mertua di Lombok, membuat saya belajar banyak hal. Dari hal yang sepele tentang toleransi hingga tingkah anak-anak dan pembawaan yang mereka miliki. Setidaknya, saya semakin berpikir bahwa pelajaran aqidah akhlak jauh lebih penting dari pelajaran berhitung dan membaca.

Dari ahlak seseorang akan dinilai oleh orang lain. Ya.. tentu saja hal yang pertama kali dipertimbangkan dan menjadi sasaran empuk atas apa yang dilakukan oleh anak kita adalah orang tua, right?

Orang tua akan menerima baik atau buruknya pandangan dari orang lain atas apa yang anaknya perbuat. Mau tidak mau, orang tualah yang akan disalahkan atau dipuji pertama kali oleh orang.



Ih.. Anak siapa ini, Subhanallah sopannya?

Atau

Aduh, kok anaknya begini sih, bagaimana orang tuanya mendidik anaknya ini?

Tentu kita sendiri yang akan menentukannya. Memang sih, disini saya tidak begitu memperdulikan pandangan orang lain, tapi bagaimana anak-anak kita bisa bersikap luhur budi pekerti dan sopan santunnya kepada sesama adalah tujuan pelajaran ahlak itu sendiri diajarkan.

Akhlak harus diajarkan

Tidak ada anak kecil yang bisa langsung paham dengan budi pekerti dan sopan santun. Tapi kitalah yang wajib memberitahukannya bagaimana bersikap yang baik. Misalnya saja, contoh kasus, anak menduduki tempat makanan yang ada isinya. Anak gak tau kalau perbuatan itu adalah perbuatan yang tidak terpuji bahkan sangat tidak sopan. Apakah dibenarkan kalau kita bilang:

"Jangan nak.. nanti makanannya bau kentut lo ya..."

Saya berpikir, pernyataan itu bukanlah pernyataan yang mengajarkan anak untuk bersikap sopan. Bagaimana kalau si anak menjawab, "Aku gak kentut kok" Nah.. berarti boleh donk duduk diatas tempat makanan tersebut.

Gunakan pemilihan Kata yang tepat dan Jangan berbohong

Dari kasus diatas, saya lebih memilih langsung mengatakan hal yang sebenarnya, kalau yang ia lakukan adalah perbuatan yang tidak sopan. Perbuatan yang gak boleh dilakukan dan diulangi lagi. Mungkin memang, sedikit tegas kepada anak-anak akan membuatnya tau, bahwa perbuatan tersebut benar-benar tidak boleh dilakukan terlebih jika bertamu kerumah orang lain. Jujurlah, biarkan dia menangis, karena nanti untuk kebaikannya juga.

Jangan di manja

Memanjakan anak sama saja mengajarkan mereka untuk berani kepada orang tua dan mengukuhkan sikap seenaknya sendiri dalam dirinya. Memanjakan anak memiliki arti yang banyak, bukan berarti harus melayani anak apapun yang dia butuhkan. Biarkan dia mengatasi masalahnya sendiri. Disana dia akan belajar bagaimana bersikap terhadap masalahnya dan bagaimana dia harus mengerti orang lain dalam hidupnya.

Yang saya sayangkan, kehidupan dikota selalu menuntut anak-anak mereka untuk pandai ilmu calistung dari pada ilmu akhlak dan budi pekerti. Seolah, sopan santun, kejujuran, menghargai orang lain, tidak ada harganya sama sekali. Padahal, jika kita berbuat santun kepada orang lain, maka orang lainpun tidak akan pernah menggampangkan kita dengan perbuatan-perbuatan yang tidak baik.

Semoga saya, bisa menjadi seorang ibu yang memberikan teladan untuk anak-anak agar berbuat santun dan berahlak baik dalam kehidupan bermasyarakat. Semuanya, kembali kepada pribadi yang kita miliki, ingin anak berakhlak atau yang lainnya? Orang tua, bebas memilih untuk anaknya.
Husnul Khotimah
Seorang ibu yang senang menulis tentang motivasi diri, parenting dan juga tentang kehidupan sehari-hari di Jombloku. Semoga blog ini bisa membawa manfaat buat kita semua.

Related Posts

8 komentar

  1. aku nggak mudeng kalimatmu diatas nuel yang subhanallah sopannya itu sindiran atau pujian kah?
    kalau sindiran bener subhanallah
    kalau maksudnya pujian ya masyaAllah mestinya ;)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Maksudnya muji sih, kuranv tepat ya.. Haha.. Babahin wes :D

      Hapus
  2. Yang paling kerasa diaku adalah efek dari perkataan bohong. Anakku sering dibohongi untuk ditinggal ummi abinya. Akhirnya ketika mau diajak pergi dia ga percaya. Untungnya bukan aku yg biasain. Dia masih percaya dengan perkataan ummi abinya. Ketika diajak bernegosiasi dia mau nurut karena tahu ummi/abinya gak bohong.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kebanyakan oranv kayak gitu, boong dan boong, padahal ntar ada dampaknya lo, sangat besar hehhe

      Hapus
  3. wah tamparan telak nih buat saya. anak di Indonesia sedang saya di negara orang. ketemu hanya 2 kali setahun. heheheh... semoga segera idup bersmaa. bagus artikelnya. emang suami orang Lombok mbak? lombok mana?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Keturunan Lombok tulen :D. Semua orang punya kondisi yang berbeda kan?

      Hapus
  4. Setuju, kalau ahlak jauh lebih penting, mau jadi apa nantinya anak kalau didikan ahlaknya tidak baik :(

    BalasHapus
  5. hi..hi..hi.. aku malah gak bisa nungguin si bontot. Gimana jadinya nanti ya ? Hiksssss.....................

    BalasHapus

Posting Komentar