
Bagai titik embun yang akan mengering ketika angin bertiup..
Bagai titik cahaya rembulan yang akan menghilang ketika mentari meredup..
Dan bagaimana akan ia atur jalur ini ketika ia mulai terkatup..
Dedaunan tahu.. Ia tak akan pernah mau berganti..
Pucuk duniapun mengerti.. semua telah usai..
Reranting itu ingin ia gapai..
Ia hanya menunggu derasnya arus..
Membanjirinya hingga rasa yang ia tau hanyut bersamanya..
Arus tak kunjung datang, menghampiri..
Gundah gelisah, diam termenung lemah..
Dalam sebuah ilusi, Ia menggapai reranting patah..
Kembali Mengarus.. hanyut tertelan riuh riuh uap yang tak sengaja..
Hanya jelentik yang bernyanyi..
Hanya sebuah nyanyian air yang terdengar nyaring..
Gemericik.. tertelan uap yang mengering..
Ia jatuh, tanpa ranting..
Penyesalan tak penting..
Perasaan genting..
Sakit terbujur, Tanpa Ranting..
Adakalanya, sedikit saja ketika kita tidak mempercayai apa yang ada dalam diri sendiri, semuanya akan berubah menjadi ketidakpercayaan yang akan menyebar dalam tubuh yang menghanyut bersama darah, Sangat cepat. Andai sebuah penyesalan gak akan pernah ada, tak akan seorang manusiapun melakukan kesalahan. Andai kejujuran dalam hati dan jiwa juga selalu ada, tak akan seorang manusiapun yang sanggup menunggu.
***
Yeppp.. Yappp.. begitulah seorang penulis harus mencoba kembali bangkit dari alam bawah sadarnya. Saya kehilangan banyak imajinasi yang hebat untuk menulis puisi, lama sekali rasanya tidak menulis sebuah puisi. Terkasan kaku dan sangat buruk. Saya ingin jadi seorang penulis puisi yang banyak tau dan punya wawasan yang luas. Bagaimana saya menjadikan diri saya sebagai orang lain. Menulis kisah mereka dengan mudah, dengan bahasaku dan menembus masuk apa yang mereka maksudkan ingin di tulis dalam sebuah sajak puisi, singkat dan penuh makna.
Saya tak harus menjadi siapapun, saya bahkan tak mampu menjadi siapapun yang saya inginkan. Saya hanya akan menjadi saya, dan saya selalu mengumpulkan serpihan atas hilangnya kepercayaan diri yang saya punya. Huh.. sangat menyebalkan ketika perasaan ini tak bisa di ungkapkan dan hanya menjadi perasaan sampah yang menggunung dalam hati, menyakitkan.
@Wonosalam, Jombang April, 14 2012 2.38AM
Keretaminiku.Com Produsen Kereta Mini Mainan di Indonesia
*spicles* ga ngerti mau komen apa ngehehehehee :DD
ReplyDeleteSungguh puitis
ReplyDeletepuisinya baguss lhooo.. :D
ReplyDeletesaya aja gak bisa bikin puisi yang menyentuh gituu..
puisinya bagus bngt sistah...
ReplyDeleteAne malah kalau bikin puisi sering ga nyambung dengan bait satu dengan bait yang lain hehehehe...
http://piisces.mywapblog.com
Arti kata menunggu
mantap menyentuh bgt puisix ^^
ReplyDeletesalam kenal ^^
puisinya kreeen.. :-D
ReplyDeletehidup jd terasa menyentuh.....
menjadi diri sendiri terkadang sangat susah.... terlalu banyak kepaentingan
ReplyDeleteI am fond of good articles and blogs over net as I love to read good topics and collect good information over net.
ReplyDeletesangat indah ... bermakna sangat mendalam sekali dan terurai dengan kata2 yang bening.... sebening blognya
ReplyDeleteBagus banget...
ReplyDeleteAjari cara buat puisi kaya gitu donk...
seseorang tak akan pernah bangkit, sebelum dia menyadari apa yang menyebabkan dia terpuruk.
ReplyDeletekarena hidup dengan memikirkan sebab akibat, pasti kita akan bisa untuk terus bangkit.
keep spirit :)
salam.
puisi atau pengalaman pribadi ya..he
ReplyDeletetulisannya bagus, btw belajar di mana sih....????
ReplyDeletepuitissss bgtttttttt.......
ReplyDeletejadi sedih mambacanya....
ReplyDeletesepertinya hatinya sedang gundah gulana...
jujur, bagus banget ini, sangat menyentuh..
ReplyDeleteAku, sampah ..
ReplyDelete