Marah, Bukan Berarti Benci

3 komentar
Dulu, saya sempat sedih ketika beberapa orang terdekat saya menilai kalau pernikahan saya adalah bukan pernikahan terbaik. Seolah tidak mendapatkan dukungan, tidak mendpatkan restu dan merasa diremehkan karena calon suami bukan dari golongan mereka. Saya, yang hanya tau kalau masih selalu ada rasa cinta dalam dada ini untuknya meski sering saya ingkari, merasakan saya telah memilih jalan yang salah karena sebab-sebab itu.

Padahal, semuanya.. Allah-lah yang mengatur. Jodoh Allah yang memberi. Mungkin mereka gak merasa, tapi perasaan saya sangat sensitif akan bau-bau penolakan tersebut.



Kadang, kamu berencana untuk situasi yang lain dari jalan hidupmu, situasi yang indah dan jalan yang paling sempurna. Tapi, apalah takdir, kita mempunyai takdir sendiri-sendiri yang gak bisa dirubah. Dan Takdir adalah sesuatu yang harus kita imani, sebuah kewajiban karena kita seorang muslim.

Beberapa waktu yang lalu, sahabat baik saya menikah, tapi saya malah menitipkan doa saya ke temannya, tidak mengucapkan selamat secara langsung. Bahkan saya tidak memberi like ataupun komentar di facebooknya. Kisahnya yang sangat panjang, dan sepanjang itu pula ia bercerita dengan saya. Sampai akhirnya saya tidak diberi kabar kalau dia akan menikah. Marahkah saya? Ya.. saya berusaha meyakinkan diri, kenapa saya marah, bukannya ia memiliki banyak sahabat, memiliki banyak teman. Dan mereka juga tidak dibagi cerita pernikahan itu, mereka tidak marah.

Disini saya kadang bingung, haruskah saya marah atau tidak. Saya gak tau label kemarahan saya ini masuk sayang atau tidak sayang. Saya menantikan sudah sangat lama.. berharap ia akan segera bertemu dengan hari bahagianya. Saya tidak ingin dianggap special juga, tapi kami telah melewati banyak waktu bersama. Sejak saat itu saya yakin, ia tidak ingin bercerita tentang kisah pernikahannya. Sebagai sahabat yang mungkin baik, saya memutuskan juga untuk tidak bertanya, bagaimana calon suamimu, dari mana dia, atau yang lainnya barang sedikitpun. Sebuah konsekuensi, ketika orang lain tidak ingin menceritakan kisah hidupnya, mengapa kamu harus bertanya?

Jangan memaksakan keinginan, seberapa besar rasa ingin tahuanmu akan sesuatu. Saya, akan lebih belajar menahan diri, tidak semua sahabat ingin membagi cerita berharganya kepada orang lain. Mungkin kisah saya adalah salah satu kisah cinta saya kepada sahabat baik, marah bukan berarti kebencian, marah bisa berarti begitu sayang akan sesuatu. Kecewa, mungkin dengan marah jalannya. Apapun itu, doa terbaik untuknya.. semoga ia tak lagi bersedih hati karena telah menemukan imam terbaik dalam hidupnya..
Husnul Khotimah
Seorang ibu yang senang menulis tentang motivasi diri, parenting dan juga tentang kehidupan sehari-hari di Jombloku. Semoga blog ini bisa membawa manfaat buat kita semua.

Related Posts

3 komentar

  1. Aku pernah gak dpt undangan gara2 dia gak tau rmhku. Kdg emang sedih, tp ya berdoa yg terbaik buat rmh tangga barunya

    BalasHapus
  2. Banyak temen deket suami yg nikah gak ngabar2in tp suamiku cuek aja, haha. Mungkin dasar cowo ya. Aku belum pernah merasakan seperti itu sih. Gak punya temen, wakakaka.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bukan gak ngabrin En.. gak diceritain kisahnya wkwkkw.. tipe tipe kepo ini wkwkwkw

      Hapus

Posting Komentar