Ketika Ghibah Menjadi Lebih Mudah

18 komentar

 Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; tangan mereka akan berkata kepada Kami dan kaki mereka akan memberi kesaksian terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan. - QS. Yasin Ayat 65 -

Sejak apapun bisa dilakukan di depan layar ponsel, banyak hal dan cara yang berubah. Saya yang beberapa waktu lalu melihat tayangan Youtube Deddy Corbuzier yang mengundang Gus Miftah dan Abu Janda membuka banyak fitur dalam otak saya, salah satunya fitur tentang masalah ghibah.

Jika dulu saya adalah orang yang nggak ngerti hukum membicarakan orang lain adalah hal yang buruk. Sekarang saya lebih memilih untuk lebih berhati-hati dalam berkata dan berteman. 

Sama dengan fenomena sekarang, meskipun mulut diam saja, tapi ketika tangan kita terus menuliskan kata-kata umpatan, kata sindiran, mencela dan mengolok bahkan ghibah semuanya bisa menyakiti orang lain yang akhirnya merugikan diri sendiri.

Ya.. seolah-olah kita tu nggak bakalan dapat balasan gitu nantinya, ini sih juga sebagai pengingat diri saya sendiri aja. Karena 80% kehidupan saya ya dengan internet. Mau tidak mau, mempelajari tentang literasi digital dan seluk beluk dunianya harus benar-benar yang serius gitu.

Saya ingin apa yang saya tulis bisa menjadi bahan renungan untuk pembaca blog ini agar bisa menjadi pribadi yang lebih baik. Berproses dari bukan apa-apa menjadi sesuatu untuk menjadi seseorang.

Apapun itu, sebagai pengguna aktif media sosial, jangan sampai kita bermudah-mudah mengomentari status atau foto seseorang apalagi yang menyinggung. Jika itu benar maka kita ghibah, dan jika itu salah maka kita telah memfitnah. 

Belajar Menahan Diri

Konon, kedewasaan itu bukan dilihat dari seberapa banyak umur seseorang, tapi seperti apa mereka menyikapi suatu hal. Dan saya, sepertinya mulai merasakan kedewasaan ini setelah menikah. Dulu sih saya cuek-cuek aja mau ngomongin orang dengan cara halus ataupun yang terang-terangan karena saya nggak berusaha menahan diri untuk berkomentar.

Rasa kepo saya sebagai perempuan itu besar sekali. Disini, saya mulai diimbangi oleh pasangan hidup untuk tidak gampang kepo dan nggak mudah ngurusin urusan orang lain. Hal yang paling saya tidak sukai sekaligus paling saya syukuri adalah, ketika saya curhat sama suami tentang hal yang mengarah kepada orang lain, suami selalu TIDAK pernah menanggapi.

Sikap inilah yang akhirnya membuat saya malas bercerita dan selalu menahan diri ketika akan berbicara sesuatu kepada suami saya dan akhirnya keterusan buat selalu menahan diri untuk sesuatu yang kurang pantas. Ah.. begini rasanya haha..

Jadi.. Jadi..

Ya.. jadi kesimpulannya itu.. memang sudah fitrah kita sebagai manusia terlebih lagi emak-emak itu selalu kepo dan asyik ketika ngomongin orang lain. Tapi kita tu kadang nggak sadar gitu lo kalau sudah ngomong dan akhirnya kebablasan kemana-mana. Padahal.. kita sudah tau, kalau ngomongin orang itu nggak boleh apalagi sampai yang menjelek-jelekkan dibelakang orangnya. 

Semoga, dengan kemudahan sosial media ini, kita nggak bermudah-mudah dalam dunia ghibah ya.. Apalagi kalau ikut puluhan grup WA dari grup sekolah SD, SMP, SMA dan seterusnya.. semakin sedikit kata-kata yang keluar dari tangan dan mulut kita, semakin kecil juga kemungkinan kita menghibah orang lain.

Semoga tulisan ini bisa bermanfaat dan menyadarkan diri kita untuk menjadi lebih baik ya.. Karena segala sesuatu pasti ada balasannya meskipun sebesar Zarrah, Wallahualam Bissawab.  ^^


Husnul Khotimah
Seorang ibu yang senang menulis tentang motivasi diri, parenting dan juga tentang kehidupan sehari-hari di Jombloku. Semoga blog ini bisa membawa manfaat buat kita semua.

Related Posts

18 komentar

  1. Kita bisa banget tidak melakukan dosa2 lain seperti membunuh, atau korupsi/nyuri
    Tapiii... buat ngga ghibah sehariiii aja, rasanya beraaatt!

    Semoga ALLAH selalu lindungi kita, ya.
    Dan menjadikan diri makin baik dari hari ke hari.
    Aaamiiin!

    BalasHapus
  2. aku kepo, tapi buat kepentinganku sendiri, dan konsumsi sendiri, gak aku share ke oranglain, sekedar tau aja trus yaudah let go

    BalasHapus
  3. Bertambahnya umur berarti belum tentu menunjukkan kedewasaan seseorang ya. Bagus dong ada tamnegnya suami yang gak menanggapi jadi terhindar dari Ghibah ya. baiklah aku ngekor di belakangmu deh :)

    BalasHapus
  4. Katanya gosip itu artinya semakin digosok semakin sip. Makanya banyak yang suka ngegosip. Bahkan tayangan atau akun gosip pun biasanya banyak penontonnya.

    Tetapi, lama-lama saya malas ikutin gosip. Apalagi kalau udah mikir, bisa aja suatu saat gosip menimpa diri sendiri. Rasanya bakal gak enak banget

    BalasHapus
  5. Setuju banget Mbak, kadang baca komentar jahat para netijen di IG atau Twitter kepikiran apa mereka nggak takut balasan di akhirat ya, apa pada nggak sadar atau lupa?

    BalasHapus
  6. Thank you udah bikin tulisan ini bisa dijadikan reminder sama diri sendiri supaya bisa lebih menahan diri, emang kadang suka gatel gitu tapi alhamdulillah masih on control

    BalasHapus
  7. Salah saru upaya buat menahan diri dari ghibah di social media, aku unfollow semua akun gosip mbak. Bener-bener toxic, dan kalau dipikirin tuh cuma buang-buang waktu aja. Haha.

    BalasHapus
  8. Gibah yuk Mak Husnul. Eh, gak boleh ya. Hahahaaa.....
    Emang kita harus jaga jempol kita agar tidak sembarangan menyebar fitnah, bergosip ria untuk hal-hal yang belum benar.

    BalasHapus
  9. harus bisa jaga diri yah, kadang kalau ada yang mulai suka ingin langsung nyamber, wkwkwkw. PAdahal harusnya banyak nahan ya

    BalasHapus
  10. Huhu iya ya, zaman sekarang ghibah semakin mudah. Banyak fasilitas untuk itu. Dari gadget, teknologi, hingga ini itu. Bener-bener kudu pandai menahan diri deh ya. Makasih buat remindernya, Mbak :)

    BalasHapus
  11. Duluu saya orang yang sangat menjaga lisan untuk tidakghibah. Bahkan menonton acara gosip di tv pun dilarang suami. Tapi sekarang banyak akun lambe lambean di IG Dan akun akun buka aib di tiktok. Dan saya asyik menontonnyaa. Terima kasih tulisan ini menjadi pengingat.

    BalasHapus
  12. Haturnuhun, kak..
    Sungguh menjadi pengingat banget niih.. Paling happy kalau ghibah terus ada yang ngeladenin. Makanya aku dikasih Allah pasangan yang gak banyak ngomong. HIhii...jadi kalau aku ghibah, alih-alih berkomentar, suami lebih memilih diam sampai aku sadar kalau ghibahan aku gak diladenin.
    Hiiks~

    Hahhaa...

    BalasHapus
  13. haha iya ya mbak. .
    sejak ada grup WA, ghibahnya pindah ghibah online hehe
    semoga g ikutan berghibah ya mbak, media sosial buat menyebarkan kebaikan aja

    BalasHapus
  14. benar banget mba... di zaman serba mudah, yang sulit itu menahan diri. Saya masih harus belajar buat nahan2 diri di medsos. Ya jangan sampai jatuhnya ghibah deh apalagi fitnah ya. Biasanya saya ga suka baca hal2 yang berbau ghibah eh tapi kadangn nalar buat kepo muncul juga walau itu udah berselang sekain hari... Semoga bisa lebih baik hup hup...

    BalasHapus
  15. kuncinya ada di pengendalian diri ya mbak, apakah memilih menruskan dan membumbui informasi atau menghentikan dan menahan cukup di kita sendiri aja. Saya banyak jadi anggota group wa, dan memilih jadi silent reader aja

    BalasHapus
  16. Aku paling takit komentar biruk dan memberi efek buruk yang abadi di dunia digital. Ngeri pertanggungjawabannya

    BalasHapus
  17. Barokallahakasih mba sudah diingatkan. Sama-sama belajar lebih baik lagi bismillah

    BalasHapus
  18. Pas baca ini aku jadi mikir ada gak ya di blog tulisan ghibah. Dan baru ngeh belum lama nulis cerita2 temen soal pengalaman dpt roommate kalau pergi ke luar koya. Itu ghibah gak

    BalasHapus

Posting Komentar