Buku dan Hari “Bahagia Bersama” JNE

Posting Komentar

Saya setuju sekali dengan orang-orang yang mengatakan bahwa “Bahagia Itu Sederhana.”

Kalo ada yang nanyain, apa yang bikin saya merasa bahagia?

Saya dengan tegas akan jawab, “banyak!” Kok “banyak” sih? Ya, emang banyak banget yang bisa bikin saya merasa bahagia.

Salah satunya, saya merasa bahagia kalau dengar mesin motor mati di depan rumah dan mendengar teriakan “pakeee...t!” dari kurir JNE.

Ah, betapa senangnya hati ini kalau denger teriakan abang kurir. Teriakan yang selalu bikin mendung di wajah saya serta-merta sirna dan bikin senyum di wajah saya otomatis mengembang.

Walaupun, belum tentu rumah saya yang diteriaki oleh kurir paket. hehehe...

Kalau kamu, apa yang bikin kamu merasa bahagia?

Saya yakin, jawabanmu pasti bermacam-macam. Karena memang, yang bikin kita merasa bahagia itu bisa ada 1001 macam.

Bahkan, jangan heran kalau mendengar penyebab ‘bahagia’ itu bisa datang dari sesuatu yang berlawanan. Contohnya, si A merasa sangat bahagia ketika mendengar kabar dirinya diterima bekerja di perusahaan C. Tapi di tempat lain, ada si B yang juga sedang merasakan tidak kalah bahagia daripada si A karena pengajuan resign-nya di setujui oleh perusahaan yang sama.

Bahagia memang bisa datang dari mana saja dan dari kejadian yang tak pernah kita sangka-sangka sebelumnya.

Siapapun pasti selalu ingin merasa bahagia. Karena bahagia membuat hidup kita terasa begitu indah dan menyenangkan. Tapi, apakah kebahagiaan itu bisa diciptakan?

Bahagia Bersama JNE


Beberapa waktu yang lalu, saya berkesempatan hadir dalam acara webinar bertajuk “Bahagia Bersama” yang diselenggarakan oleh JNE.

Dalam acara ini, saya mendapatkan banyak pelajaran yang membuat mata saya lebih terbuka dan bisa memaknai kata bahagia dengan lebih dalam lagi.

Rumus bahagia menurut JNE adalah dengan cara “memberi.”

Ya, memberikan apa saja yang bisa kita berikan, ternyata bisa membuat kita merasa bahagia. Bagi kita yang tinggal di Indonesia, konsep bahagia dengan cara ‘berbagi’ ini sebenarnya bukanlah sesuatu yang asing.

Seperti yang diajarkan dalam agama saya (Islam) misalnya. Shodaqoh menurut konsep Islam bisa bikin kita, jadi panjang umur, dapat rezeki yang berlimpah, jadi lebih sehat, lebih mudah menghadapi setiap kesulitan, bisnis semakin lancar, dapat pahala, bisa membantu menolak bencana, disukai manusia, didoakan malaikat, dan yang paling penting adalah lebih dicintai oleh Allah.

Apa yang lebih menyenangkan dari balasan-balasan tersebut?

Selama mengikuti webinar “Bahagia Bersama” JNE saya mendengar banyak pengalaman dari para narasumber. Yang menurut saya, pengalaman-pengalaman tersebut sungguh inspiratif dan keren!

Seperti pengalaman M. Feriadi Soeprapto misalnya. Pengalaman Presiden Direktur JNE ini sungguh mengesankan buat saya. Beliau bercerita bahwa, ketika ayahnya mendirikan JNE 31 tahun yang lalu, beliau merasa janggal dengan apa yang dilakukan oleh sang ayah.

Berapa tidak? Baru saja merintis perusahaan dan belum juga menghasilkan laba, tapi ayah Pak Feriadi justru melakukan “sesuatu” yang dianggap tidak lumrah.

Lho kok bisa? Ya, soalnya ayah Pak Feriadi justru banyak menyumbangkan uangnya untuk santunan. Karena baginya, perusahaan yang beliau bangun harus dilandaskan pada rasa kebersamaan. Salah satu caranya adalah dengan berbagi.

Mendengar cerita tersebut, meski tidak asing lagi dengan konsep shodaqoh yang akan Allah balas dengan berbagai hal seperti yang telah saya sebutkan di atas. Tak urung, saya merasa heran dan takjub.

Jika itu saya, kemungkinan besar saya akan berbagi jika perusahaan yang saya rintis sudah menghasilkan laba. Tapi apa yang beliau lakukan, adalah sesuatu yang membuat saya tersadar bahwa, berbagi itu tidak selalu harus dilakukan saat kita sudah kaya, sukses, punya uang lebih, sudah punya rumah, dsb.

Selain pengalaman Pak Feriadi Suprapto, saya juga menyimak beberapa pengalaman nara sumber lain seperti, Andy F. Noya, Melanie Subono, hingga pengalaman Ivan Gunawan.

Tidak kalah menarik, pengalaman mereka juga banyak memberikan pelajaran buat saya. Berikut cerita singkat pengalaman mereka.

1. Andy F. Noya

Pasti sudah tahu dong Siapa itu Andy F. Noya namanya beken sebagai host salah satu acara di TV swasta.

Menurut jurnalis sekaligus pendiri website benihbaik.com ini. Berbagi tidak akan membuat kita jatuh miskin. Justru sebaliknya, berbagi akan bikin kita makin kaya.

Beliau juga menganalogikan “berbagi” sebagai cara untuk “bahagia bersama.” Karena dengan berbagi, kita turut membahagiakan orang lain. Kalau orang lain merasa bahagia, kita sudah pasti juga akan ikut merasa bahagia.

2. Melani Subono

Pernah dengar tentang “Rumah Harapan Melanie?” Wadah untuk aktivitas sosial ini adalah wadah yang digalang oleh Melanie Subono untuk menggerakkan orang-orang agar mau mengabulkan permintaan mereka yang membutuhkan.

Rumah Harapan Melanie sendiri dibangun karena, Ibu Melani pernah mengalami pengalaman yang membuat beliau merasa sedih.

Cerita tersebut berawal dari kisah seorang ibu yang baru habis melahirkan, tapi tidak diperbolehkan membawa pulang bayinya karena menunggak biaya rumah sakit sebesar Rp120.000.

Bagi kebanyakan orang, jumlah uang tersebut mungkin tak seberapa. Tapi siapa sangka, ada seorang ibu di luar sana. Yang kebingungan dan sedih, karena tidak punya uang Rp120.000.

Berangkat dari pengalaman tersebut, Ibu Melanie Subono pun membangu Rumah Harapan Melanie. Karena pengalaman tersebut membuktikan bahwa, sekecil dan seremeh apapun bantuan yang kita berikan, bisa sangat berarti bagi orang yang menerimanya.

3. Ivan Gunawan

Menurut artis tanah air yang kini lebih populer sebagai desainer ini, memberi tidak harus selalu harus berupa uang atau dinilai dari nominalnya.

Menurutnya, kita bahkan bisa berbagi waktu untuk membahagiakan diri sendiri maupun orang lain. Seperti yang ia rasakan sendiri.

Menurut Igun, sapaan akrab Ivan Gunawan, dia selalu merasa bahagia apabila ada orang yang mau dan rela meluangkan waktu untuk foto bersamanya.

Karena menurutnya, di zaman seperti saat ini, semua orang serba sibuk. Dan semakin sedikit orang yang punya waktu untuk orang lain.

Buku “Bahagia Bersama” JNE

JNE sebagai salah satu penyedia jasa pengiriman barang atau paket di tanah air merasa perlu berbagi cerita kebahagiaan mereka yang inspiratif. Dan, saya sepenuhnya setuju dengan pendapat tersebut. Karena, kita memang membutuhkan inspirasi untuk membangkitkan kesadaran pada diri kita agar mau berbagi dalam bentuk apapun juga.

Tidak terasa, JNE yang didirikan sejak tahun 1990 kini sudah memasuki usia yang ke 31 tahun. Di usianya yang tidak lagi muda ini, JNE selalu berusaha berbagi kebahagiaan melalui layanan jasa yang mereka tawarkan.

Dengan tagline “connecting people” sebagai penyedia jasa pengiriman, JNE selalu mengedepankan prinsip berbagi, memberi, dan menyantuni.

Menurut Presiden Direktur JNE, JNE selalu berdiri di tengah-tengah di antara “pengirim” dan “penerima” (paket). Ketika, JNE berhasil mengirimkan paket, kebahagiaan tak hanya dirasakan oleh penerima paket tersebut saja, tapi juga dirasakan oleh pengirimnya dan begitu pula JNE sebagai kurir penghubung antara pengirim dan penerima.

Berangkat dari prinsip ini, JNE merasa perlu untuk mendeklarasikan “Hari Bahagia Bersama” pada Selasa, 7 September 2021 di studio Markplus.inc.

Selain dihadiri oleh narasumber-narasumber beken seperti yang telah saya sebutkan di atas, deklarasi hari “Bahagia Bersama” JNE ini juga sekaligus diisi dengan peluncuran buku berjudul “Bahagia Bersama.

Apa sih isi buku “Bahagia Bersama” ini?

Buku ini berisi kisah-kisah nyata yang inspiratif yang mengiringi perjalanan JNE dalam meraih kesuksesan dengan cara berbagi kebahagiaan.

Presiden direktur JNE, Pak Feri, mengatakan bahwa, “Setiap kebaikan yang kita lakukan tentunya ada balasan, JNE tidak ingin hanya berbisnis dengan manusia, tetapi juga dengan Tuhan. Karena di sana akan selalu ada keberkahan.”

Salah satu tujuan buku ini diterbitkan adalah untuk menginspirasi masyarakat, baik tua maupun muda, agar mau lebih peduli kepada sesama dengan berbagi dan menyantuni, baik berbentuk materil maupun immateril.

Buku ini sendiri ditulis oleh Maman Suherman atau yang lebih akrab dipanggil Kang Maman.

Kang Maman dikenal sebagai salah satu penulis kenamaan di Indonesia yang banyak melahirkan buku-buku inspiratif seperti, Perempuan, Re:, Ada Nama yang Abadi di Hati Tapi Tak Bisa Dinikahi, hingga buku berjudul Bokis: Kisah Gelap Dunia Seleb.

Kalian yang penasaran dengan cerita-cerita inspiratif yang diangkat dari kisah nyata ini, kalian bisa membeli bahagia bersama ini di toko buku Gramedia terdekat atau bisa juga dibeli secara online di melalui website gramedia.com serta toko online Tokopedia maupun Shopee.

Husnul Khotimah
Seorang ibu yang senang menulis tentang motivasi diri, parenting dan juga tentang kehidupan sehari-hari di Jombloku. Semoga blog ini bisa membawa manfaat buat kita semua.

Related Posts

Posting Komentar