Jombang “Kota Santri” yang Melahirkan “Kelompok Santri Tani Milenial”

1 komentar

Saya lahir dan besar di Kota Jombang yang dijuluki “kota santri.” Karen memang, di Kota ini tumbuh pesantren tumbuh subur bak jamur di musim hujan.

Sejak dulu “santri” identik dengan pendidikan agama. Sehingga tak heran jika lulusannya diharapkan akan menjadi insan yang berakhlak mulia dan berakidah, atau jadi ustadz, pengajar, hingga pemuka agama. Karena memang, di Ponpes, mereka lebih banyak dibekali dengan pendidikan agama dibandingkan pengetahuan umum.

Namun, belakangan semakin banyak pondok pesantren di Jombang yang menambahkan kurikulum “entrepreneur” sebagai pendidikan tambahan disamping ilmu agama.

Salah satu yang menerapkan sistem pendidikan seperti ini adalah Pondok Pesantren Fathul Ulum yang berlokasi di Desa Puton, Kec. Diwek, Kabupaten Jombang.

Di sini, santri tidak hanya diajarkan ilmu agama, tapi juga dilatih menjadi entrepreneur. Fokusnya adalah melatih santri agar bisa menjadi petani atau peternak mandiri yang juga tahu bagaimana cara memasarkan hasil panen dan ternak, serta mengelola pasca panen.

Belajar Agama dan Kewirausahaan

Sistem pendidikan di Pondok Pesantren Fathul Ulum menciptakan keseimbangan yang unik antara ilmu agama dan kewirausahaan.

Santri-santri di sini sehari-hari tetap fokus mempelajari pendidikan agama sebagai menu utama, tetapi di samping itu, mereka juga diajarkan keterampilan dasar dalam bercocok tanam dan beternak hewan.

Setiap hari, santri-santri ini akan dilibatkan dalam kegiatan pertanian di lahan yang telah disediakan oleh pondok pesantren. Mereka belajar tentang cara menyemai bibit, menanam, memelihara tanaman, pemasaran, dan bahkan manajemen pertanian.

Selain itu, mereka juga diajarkan cara merawat hewan ternak seperti kambing hingga ikan, sehingga mendapat pemahaman mendalam tentang ilmu peternakan.

Selain aspek praktis, para santri juga diajarkan tentang manajemen keuangan, perencanaan bisnis, dan keterampilan kewirausahaan lainnya. Tujuannya adalah agar mereka bisa memahami pentingnya pengelolaan bisnis yang baik dan cara memanfaatkan sumber daya yang tersedia secara efisien.

Pengaruh Positif pada Masyarakat

Pengenalan kewirausahaan di pondok pesantren ini tidak hanya memberikan manfaat kepada santri, tetapi juga kepada masyarakat luas di sekitarnya.

Dengan adanya pengetahuan dan keterampilan baru yang dimiliki santri dalam pertanian dan peternakan, mereka menjadi agen perubahan yang positif bagi desa dan kota sekitarnya.

Pertanian yang berkelanjutan dan praktik peternakan yang lebih baik telah menghasilkan peningkatan produksi makanan lokal, yang pada gilirannya membantu meningkatkan ekonomi lokal.

Ini juga mengajarkan kepada santri tentang tanggung jawab mereka terhadap lingkungan dan pentingnya keberlanjutan dalam segala hal yang mereka lakukan.

Membuka Peluang Karir yang Luas

Salah satu hasil paling signifikan dari pendidikan agama yang dipadukan dengan pelatihan kewirausahaan adalah peluang karir yang lebih luas bagi para santri.

Ya, mereka diharapkan tidak hanya bisa menjadi pengajar agama atau pemuka agama, tetapi juga memiliki keterampilan yang dapat mereka gunakan untuk memulai usaha sendiri atau bekerja dalam berbagai sektor seperti pertanian, peternakan, dan agribisnis.

Ini adalah langkah besar dalam mengubah paradigma tentang santri di Kota Santri Jombang. Mereka tidak hanya disiapkan untuk berperan sebagai pemimpin rohani, tetapi juga sebagai agen perubahan dalam pembangunan ekonomi dan sosial masyarakat.

Meski pelatihan menjadi entrepreneur sudah lama diterapkan di pondok pesantren, namun gaungnya semakin terasa sejak pertemuan antara pimpinan Ponpes KH. Ahmad Habibul Amin yang akrab disapa Kyai Amin dengan seorang pemuda bernama Rizki Hamdani.

Rizki Hamdani Sang Penggagas “Kelompok Santri Tani Milenial”

Meski usianya tergolong masih cukup muda, namun Rizki Hamdani tak pernah ragu saat memutuskan untuk resign dari tempat kerjanya di wilayah Jakarta. Keputusan bulat tersebut ia ambil karena ia bermimpi untuk menjadi wirausahawan di bidang budidaya perikanan.

Setelah memutuskan untuk resign, Rizki memutuskan untuk kembali ke Jombang yang menjadi daerah asal istrinya.

Keputusan tersebut tak sia-sia. Karena pada saat berada di Jombang inilah, secara tak sengaja Rizki Hamdani bertemu dengan beberapa santri Ponpes Fathul Ulum yang sedang memberi pakan untuk lele-lele budidaya milik pondok.

Meski baru berjumpa, namun Rizki dan para santri tersebut langsung akrab dan terlibat pembicaraan serius mengenai teknik budidaya perikanan, karena mereka memiliki minat yang sama.

Pertemuan singkat tersebut berlanjut ke rumah Rizki. Karena Rizki memiliki pengetahuan yang cukup tentang budidaya perikanan, maka tak sulit baginya untuk berbagi saran mengenai cara budidaya lele yang baik kepada para santri yang masih pemula.

Ilmu baru yang didapatkan oleh para santri tentang cara budidaya lele dari Rizki tersebut kemudian mereka praktekkan di pondok pesantren. Tak lama, Pak Kyai pun mengetahui bahwa para santrinya mendapatkan upgrade ilmu dalam budidaya ikan yang membuatnya sangat tertarik untuk bertemu dengan Rizki.

Hingga pada suatu hari, kesempatan untuk bertemu tatap muka pun terkabulkan. Rizki diundang oleh Kyai Amin untuk berdiskusi. Setelah ngobrol panjang lebar, Kyai Amin merasa cukup yakin dengan kemampuan Rizki dan tidak ragu untuk mempercayakan pendidikan entrepreneur di pondok pesantren kepada Rizki agar beliau bisa fokus pada pendidikan agama.

Diberi kepercayaan untuk membimbing santri membuat Rizki semakin bersemangat untuk mengembangkan dan mempraktekkan ide-ide yang selama ini tersimpan di benaknya.

Salah satu gagasan Rizki adalah membentuk Kelompok Santri Tani Milenial. Salah satu tujuan pembentukan Kelompok Santri Tani Milenial ini adalah untuk mempersingkat rantai perdagangan hasil ternak.

Hal ini ia lakukan karena, selama ini para santri biasanya lebih sering menjual hasil ternaknya kepada tengkulak. Sehingga, hasil penjualan hewan ternak tersebut tidak begitu memuaskan.

Selain untuk memutus mata rantai penjualan hewan ternak yang terlalu panjang, Kelompok Santri Tani Milenial ini juga dimanfaatkan oleh Rizki untuk memfasilitasi para petani di Jombang dalam mengelola hasil panen mereka.

Para petani sorgum adalah salah satu yang merasakan dampak kehadiran Kelompok Santri Tani Milenial gagasan Rizki. Lewat Kelompok Santri Tani Milenial, Rizki mencoba membuat terobosan dengan memberikan fasilitas pengelolaan pasca panen agar nilai jual sorgum para petani bisa meningkat. Dan, ide tersebut belakangan terbukti sukses.

Rizki Hamdani Meraih Penghargaan dari Astra

Pada tahun 2020, Astra melalui ajang SATU Indonesia Award memberikan penghargaan kepada sosok inspiratif, Rizki Hamdani, yang telah mengubah pandangan generasi muda tentang dunia pertanian dan peternakan.

Penghargaan ini diberikan sebagai pengakuan atas upaya luar biasa Rizki dalam memotivasi generasi muda yang masih memandang sebelah mata karir sebagai petani dan peternak.

Rizki Hamdani memulai perjalanannya dengan tekad kuat untuk membuktikan bahwa profesi di sektor pertanian dan peternakan dapat menghasilkan penghasilan yang baik.

Seperti yang telah saya ceritakan di atas. Ia memulai programnya di Pondok Fathul Ulum, sebuah pesantren yang tidak memiliki pendidikan formal seperti pesantren modern lainnya.

Di tempat ini, Rizki menggagas dan mengembangkan Kelompok Santri Tani Milenial serta sistem pertanian terpadu (integrated farming system/IF).

Melalui program ini, Rizki memberikan pelatihan kepada para santri dalam bidang pertanian dan peternakan. Ia membina mereka untuk menjadi para petani dan peternak yang handal. 

Selanjutnya, Rizki mulai merintis kelompok wirausaha sosial yang diberi nama Kelompok Santri Tani Milenial.

Belakangan, kelompok tani ini menjadi wadah bagi sejumlah tani milenial di Jombang untuk memajukan perekonomian para santri dengan kegiatan bertani, beternak, dan budidaya perikanan.

Hasilnya, hingga Agustus tahun lalu, sudah ada 30 kelompok santri tani yang tersebar di seluruh Jombang. Dampak positifnya terasa dengan meningkatnya pendapatan kelompok tani sorgum hingga sekitar 60 juta rupiah per bulan setelah dilengkapi dengan fasilitas pengolahan pasca-panen. Produk olahan sorgum ini berhasil dijual di area peristirahatan di Tol Trans Jawa.

Prestasi dan ketekunan Rizki Hamdani tidak luput dari perhatian pemerintah daerah setempat. Kementerian Pertanian serta Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung Brantas, memberikan apresiasi dan dukungannya atas usaha yang luar biasa ini.

Rizki telah membuktikan bahwa dengan tekad, kerja keras, dan semangat untuk berbagi pengetahuan, kita dapat menciptakan perubahan positif dalam sektor pertanian dan peternakan serta mengilhami generasi muda untuk meraih kesuksesan dalam bidang ini.

Husnul Khotimah
Seorang ibu yang senang menulis tentang motivasi diri, parenting dan juga tentang kehidupan sehari-hari di Jombloku. Semoga blog ini bisa membawa manfaat buat kita semua.

Related Posts

1 komentar

  1. Saluuut. Pendidikan entrepreneur ini penting zaman skr. Seharusnya memang di setiap sekolah sudah mulai diajarkan. Jadi para lulusannya setidaknya punya basic untuk berwiraswasta selepas kuliah atau sekolah. Banyak lulusan sarjana yg masih Luntang lantung cari kerja, Krn ga tau mau menjalankan usaha apa. Tergantung Ama orang lain.

    Dan aku sukaa dengan semua kandidat yg dipilih Astra untuk mendapat award ini mba. Setelah baca banyak profil orang terpilih, memang semuanya deserve, Krn apa yg mereka lakukan banyak menolong dan mengubah jalan hidup yg lainnya 👍

    BalasHapus

Posting Komentar