Karena Kita Keluarga

1 komentar
Dipikirnya mudah memiliki keluarga itu, dikiranya gampang bagaimana cara bersikap dengan keluarga itu bagaimana. Saya mencoba berkali-kali berpikir bagaimana saya memperlakukan keluarga saya. Bagaimana selama ini sikap yang saya berikan untuk keluarga saya. Serta bagaimana-bagaimana yang lainnya yang kadang saya sendiri kadang kurang sanggup untuk menerima bahwa saya ternyata masih cuek dengan keluarga. Harus ada yang memulai, harus ada yang terus bertanya antara sesama keluarga.


Beruntung memiliki Ibu yang suka ngontrol


Ibu, hah... saya kira saya orang yang beruntung memiliki ibu yang sangat perhatian kepada saya. Alhamdulillah.. Ibu saya selalu tanya bagaimana kabar saya, masak apa, lagi apa sejak saya belum menikah. Hal yang jarang saya lakukan kepada beliau karena ke sok sibukan saya dan sok-sok yang lainnya. Tapi, ibu selalu paling mengerti anaknya, sikap saya yang memang terkesan gak mau memulai duluan nampaknya sudah dihafalkan sama ibu saya. Entahlah.. sekarang saya merasa terharu karena saya yang begitu.


Begitupun saat menikah, mertualah yang lebih sering menghubungi saya untuk bertanya kabar cucunya, masak apa dan basa-basi lainnya.

Gak diperhatikan itu, menyedihkan


Beberapa kali saya tes kepada anak saya Kinza. Saat saya benar-benar ngerasa lelah banget buat ngomentarin hal-hal ekstrem yang dia lakukan, saya diemin dia karena saya takut ngomong yang gak-gak sama dia. Dan itu, Kinza selalu mencari perhatian saya serta nangis yang luar biasa. Dia butuh perhatian saya. Kalau gak nangis, dia selalu menunggu komentar saya kalau lagi normal yang selalu memuji kalau sedang melakukan hal-hal baik dan belajar mandiri. Begitulah arti perhatian untuk keluarga, perhatikan mereka walau dengan kata "hai" saja saat mereka jauh. Atau dengan senyum kecil saat mereka dekat. Perhatian itu membuat orang lain bahagia, apalagi keluarga.

Bukan hanya tentang ada di dekatnya saja


Setiap keluarga memiliki masalahnya sendiri-sendiri. Dan pandangan orang lain terhadap keluarga hanyalah pandangan yang sepintas saja, tidak serius. Komentar-komentar mereka juga bukan hal yang serius. Kadang, kita perlu jauh dengan keluarga untuk alasan tertentu. Seperti yang yang berulang kali ditinggal oleh bapak ibu saya untuk pergi. Dikiranya mereka tega ninggalin saya, tidak mungkin.

Baru saya rasakan saat menjadi seorang ibu sekarang. Seorang ibu tidak akan mampu meninggalkan anaknya tanpa alasan yang kuat. Saya bayangin aja udah ngerasa sedih, pasti ada isak tangis yang gak bisa dilihat orang lain dari luar.

Hah... hanya sedikit memikirkan  keluarga itu seperti apa, setidaknya.. berilah mereka perhatian.. sedikit saja! Mereka yang memberikan banyak kehangatan dan cinta yang luar biasa itu, berilah perhatian, sedikit saja.
Husnul Khotimah
Seorang ibu yang senang menulis tentang motivasi diri, parenting dan juga tentang kehidupan sehari-hari di Jombloku. Semoga blog ini bisa membawa manfaat buat kita semua.

Related Posts

1 komentar

  1. Saya jugaa beruntung banget mbakk, punya ayah dan ibuk yang selalu perhatian dan ngontrol saya sejak merantau jauh dr sma. Bener banget mbak, gak diperhatikan itu sangat menyedihkan. Sedih gtu gak direspon, makanya sekarang membiasakan diri untuk selalu memberi perhatian untuk keluarga khususnya. Mencoba untuk selalu memberikan waktu :')

    BalasHapus

Posting Komentar